Friday, June 21, 2013

Kisah sukses seorang anak desa tamatan SMP

lahir disebuah desa kecil di daerah Bekasi, Jawa Barat. Tepatnya pada tanggal 12 Februari 1986. Aku terlahir dari kedua orang tua yang berprofesi sebagai tukang ojek dan pembantu rumah tangga. Aku sangat bersyukur sekali punya kedua orang tua seperti mereka yang selalu menyangi dan merawatku hingga aku sukses sekarang, ya sekarang aku adalah seorang GM (General Manager) di salah satu perusahaan swasta yang ada di Indonesia.
Sebenarnya aku hanyalah seorang lulusan SMP, ya pendidikanku hanya sebatas SMP karena kedua orang tuaku yang tidak mampu mendanai kebutuhan sekolahku. Namun aku tidak lantas langsung berputus asa. Setamatnya SMP itu aku langsung berusaha mencari pekerjaan yang setidaknya bisa membantu keadaan ekonomi keluargaku yang pada saat itu sedang susah.
Tentu kalian kaget bukan? Bagaimana seorang anak desa yang hanya lulusan SMP sepertiku ini bisa menjadi GM di sebuah perusahaan swasta yang ada di indonesia?
Beberapa pekerjaan pernah aku lakukan seperti menjadi tukang ojek, loper koran, pelayan di sebuah restoran dan yang terakhir sebelum aku menjadi GM, aku bekerja sebagai OB atau tepatnya Office Boy di tempat dimana aku bekerja sebagai GM sekarang.
Entah kenapa aku memilih pindah pekerjaan sebagai Office Boy itu, padahal aku telah nyaman bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran terkemuka di Jakarta. Namun oleh karena itu pula aku bertemu dengan orang yang sekarang menjadi sahabatku, ialah pak Dicky. Pak Dicky adalah GM sebelum aku di perusahaan yang aku pimpin sekarang. Dia juga merupakan mentor yang sangat baik bagi aku, aku banyak belajar dari dia, dari saat aku menjabat sebagai OB bahkan sampai sekarang ketika aku menggantikannya sebagai GM di perusahaan.
Memang pada saat pertama kali aku mengajukan lamaran pekerjaan di perusahaan beliau, aku ragu-ragu walaupun itu hanyalah lamaran pekerjaan untuk menjadi OB di perusahaan beliau. Begitu pun dengan hari-hari pertama kali ketika aku diterima kerja sebagai OB di perusahaan tersebut, banyak sekali keraguan akan pekerjaanku ini di dalam benakku ini. Bahkan aku sering bertanya kepada diriku sendiri “mengapa aku beralih pekerjaan? Padahal aku sudah nyaman dengan pekerjaan sebelumnya”. Namun seiring dengan berjalannya waktu, aku pun mulai merasa nyaman dengan pekerjaanku waktu itu. Terlebih setelah aku mengenal dekat sosok Pak Dicky GM perusahaan saat itu yang sekaligus menjadi sahabat akrabku sampai saat ini, yang mempercayakan jabatan yang didudukinya saat itu digantikan oleh aku ketika beliau pensiun muda.
 
jadi selagi manusia nya masih berusaha semuanya akan mungkin 

Membeli Waktu

Pada suatu hari, seorang Ayah pulang dari bekerja pukul  21.00 malam. Seperti hari-hari sebelumnya, hari itu  sangat melelahkan baginya. Sesampainya di rumah ia mendapati anaknya yang berusia 8 tahun yang duduk di kelas 2 SD sudah menunggunya di depan pintu rumah.  Sepertinya ia sudah menunggu lama.
“Kok belum tidur?” sapa sang Ayah pada anaknya.
Biasanya si anak sudah lelap ketika ia pulang kerja,  dan baru bangun ketika ia akan bersiap berangkat ke kantor di pagi hari.
“Aku menunggu Papa pulang, karena aku mau tanya berapa sih gaji Papa?”, kata sang anak.
“Lho, tumben, kok nanya gaji Papa segala? Kamu mau minta  uang lagi ya?”, jawab sang ayah.
“Ah, nggak pa, aku sekedar..pengin tahu aja…” kata anaknya
.
“Oke, kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp.400.000. Setiap bulan  rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi gaji Papa satu bulan berapa, hayo?!”, tanya sang ayah.
Si anak kemudian berlari mengambil kertas dari meja belajar sementara Ayahnya melepas sepatu dan mengambil minuman.
Ketika sang Ayah ke kamar untuk berganti pakaian, sang anak mengikutinya.

“Jadi kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000 utuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000 dong!”
“Kamu pinter, sekarang tidur ya..sudah malam!”
Tapi sang anak tidak mau beranjak. “Papa, aku boleh pinjam uang Rp 10.000 nggak?”
“Sudah malam nak, buat apa minta uang malam-malam begini. Sudah, besok pagi saja. Sekarang kamu tidur”
“Tapi papa..”
“Sudah, sekarang tidur” suara sang Ayah mulai meninggi.
Anak kecil itu berbalik menuju kamarnya.
Sang Ayah tampak menyesali ucapannya. Tak lama kemudian ia menghampiri anaknya di kamar. Anak itu sedang terisak-isak sambil memegang uang Rp 30.000.
Sambil mengelus kepala sang anak, Papanya berkata  “Maafin Papa ya! Kenapa kamu minta uang malam-malam begini.. Besok kan masih bisa. Jangankan Rp.10.000, lebih dari itu  juga boleh. Kamu mau pakai buat beli mainan khan?”
“Papa, aku ngga minta uang. Aku pinjam…nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajanku.”
“Iya..iya..tapi buat apa??” tanya sang Papa.
“Aku menunggu Papa pulang hari ini dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Satu jam saja pa, aku mohon. Mama sering bilang, kalau waktu Papa itu sangat berharga. Jadi aku mau beli waktu Papa. Aku buka tabunganku, tapi cuma ada uang Rp 30.000. Tadi Papa bilang, untuk satu jam Papa dibayar Rp 40.000.. Karena uang tabunganku hanya Rp.30.000,- dan itu tidak cukup, aku mau pinjam Rp 10.000 dari Papa” Sang Papa cuma terdiam.
Ia kehilangan kata-kata. Ia pun memeluk erat anak kecil itu sambil menangis. Mendengar perkataan anaknya, sang Papa langsung terdiam, ia seketika terenyuh, kehilangan kata-kata dan menangis..
Ia lalu segera merangkul sang anak yang disayanginya itu sambil menangis dan minta maaf pada sang anak..
“Maafkan Papa sayang…” ujar sang Papa.
“Papa telah khilaf, selama ini Papa lupa untuk apa Papa  bekerja keras. Maafkan Papa anakku” kata sang Papa ditengah suara tangisnya.
Si anak hanya diam membisu dalam dekapan sang Papanya.
=================================================
Saya ingin bertanya kepada Anda saat ini..
Sebetulnya, apakah alasan Anda untuk bekerja sangat keras dan mencari kesuksesan karir Anda?
Demi uang yang banyak? Atau sesungguhnya demi keluarga Anda?
Seringkali kita bekerja terlalu sibuk sehingga kita melupakan bahwa di akhir, keluargalah yang terpenting.
Tidak ada gunanya Anda sukses tapi pada akhirnya keluarga Anda telah meninggalkan Anda atau hubungan Anda dengan keluarga telah rusak.
Sesungguhnya, untung anak tersebut bicara dan komunikasi dengan orang tuanya untuk mencurahkan perasaannya.
Sering kali, anak cenderung diam dan bahkan tidak berbicara sama sekali tentang kondisinya kepada orang tua.
Ketika di tanya mereka hanya menjawab “Tidak ada apa-apa”
Bagaimana caranya Anda bisa menyelesaikan masalah jikalau Anda bahkan tidak tahu masalahnya dimana?
Hal ini sering kali terjadi pada anak dan khususnya terjadi pada anak di masa remaja.
Mereka merasa diabaikan/ditinggalkan, tidak di cintai, tidak dihargai oleh orang tuanya sendiri..
Pertanyaan berikutnya mungkin cukup berat untuk Anda..
“Menurut Anda, lebih baik Anda mencintai anak Anda atau Anak Anda merasa di cintai oleh Anda?”
Coba renungkan jawaban dari pertanyaan tersebut..
Jadi, apa yang bisa Anda lakukan?
Pelajari bahasa cinta anak Anda dan lakukan yang terbaik  untuk memenuhi cinta anak Anda.
Setiap anak memiliki bahasa cinta yang berbeda…
Ada yang merasa waktu berkulitas cukup, ada yang berharap  dari hadiah, ada yang perlu di peluk.
Setiap anak unik tapi Anda bisa mengenalnya..
Lalu, bagaimana jikalau mereka tidak berbicara?
Itulah gunanya tulisan tangan mereka. Anda bisa melihat emosi mereka di dalam tulisan tangan mereka.
Itulah pentingnya Anda mengerti akan tulisan tangan dan  mempelajarinya. Anda akan tahu dengan pasti situasi anak  Anda dan apa yang terjadi pada mereka.

Monday, April 1, 2013

ormada musim ini berjalan dengan baik di lalui anggota marsada dengan pertandingan futsal yang di adakan panitia,biarpun hasil yang tipis 1:2 yang akan membuat pelajaran kepada anggota marsada untuk belajar untuk lebih berlatih dalam bekerja sama antar tim
jika kompak dalam tim maka akan mengkasilkan hal yang baik.

Friday, September 9, 2011